BERSALIN DAN APN
Definisi
Persalinan adalah
serangkaian kejadian yang berakhir dengan pengeluaran bayi yang cukup bulan
atau hampir cukup bulan, disusul dengan pengeluaran plasenta dan selaput janin
dari tubuh ibu (Bagian Obstetri dan Ginekologi FK Unpad, 1983)
B.
Tanda-tanda
Persalinan
Menurut Manuaba, (2002),
tanda-tanda persalinan adalah sebagai
berikut :
1.
Kekuatan
his makin sering terjadi dan teratur dengan jarak kontraksi yang semaikn pendek
2.
Dapat
terjadi pengeluaran pembawa tanda, yaitu :
a.
Pengeluaran
lendir
b.
Lendir
bercampur darah
3.
Dapat
disertai ketuban pecah
4.
Pada
pemeriksaan dalam , dijumpai perubahan servik
a.
Perlunakan
serviks
b.
Pendataran
serviks
c.
Terjadi
pembukaan serviks
C.
Etiologi
Persalinan
Menurut bagian Obsteri
dan Ginekologi FK UNPAD, (1983) ada banyak faktor yang memegang peranan dan
bekerjasama sehingga terjadi persalinan, antara lain :
1.
Penurunan
kadar progesterone
Progesterone
menimbulakan relaksi otot-otot rahim. Sebaliknya estrogen meninggikan
kerentanan otot rahim. Selama kehamilan terhadap keseimbangan antara kadar
progesterone dan estrogen di dalam darah, tetapi pada akhir kehamilan kadar
progesterone menurun, sehingga timbul his.
2.
Teori
oxytosin
Pada
akhir kehamilan kadar oxytosin bertambah. Oleh karena itu, timbul kontraksi
otot-otot rahim.
3.
Keregangan
otot-otot
Seperti halnya dengan kandung kencing dan lambung, bila
dindingnya teregang oleh karena isinya bertambah maka timbul kontraksi untuk
mengeluarkan isinya. Demikian puladengan rahim, maka dengan majunya kehamilan
makin teregang otot-otot rahim makin rentan
4.
Pengaruh
janin
Hypofise
dan kelenjar suprarenal janin rupa-rupanya memegang peranan oleh karena pada
anenchephalus kehamilan sering lebih lama dari biasa.
5.
Teori
prostaglandin
Prostaglandin
yang dihasilkan oleh decidua, disangka menjadi salah satu permulaan persalinan.
D.
IV
Kala Dalam Persalinan
Menurut JHPIEGO, (2007) ,
persalinan dibedakan menjadi 4 kala yaitu :
1.
Kala
I
Kala I perslinan dimulai sejak terjadinya kontraksi
uterus yang teratur dan meningkat (frekuensi dan kekuatannya) hingga serviks
membuka lengkap (10cm). Kala I persalinan terdiri atas 2 fase yaitu fase laten
dan fase aktif.
a.
Fase
laten
Dimulai sejak awal kontraksi menyebabkan penipisan dan
pembukaan serviks secara bertahap, berlangsung hingga servisk membuka <4 cm,
berlangsung hampir atau hingga 8 jam
b.
Fase
aktif
Dari pembukaan 4-10 cm, akan terjadi dengan kecepatan
rata-rata 1 cm/ jam (nulipara) atau lebih dari 1 cm hingga 2 cm (multipara)
2.
Kala
II
Dimulai ketika pembukaan serviks sudah lengkap (10 cm)
dan berakhir dengan lahirnya bayi. Kala dua juga disebut sebagai kala
pengeluaran bayi.
Tanda dan gejala kala
II antara lain :
a.
Ibu
merasa ingin meneran bersamaan dengan terjadinya kontraksi
b.
Ibu
merasakan adanya peningkatan tekanan pada rektum/ vagina
c.
Perineum
menonjol
d.
Vulva,
vagina dan sfingter ani membuka
e.
Meningkatnya
pengeluaran lendir bercampur darah
3.
Kala
III
Dimulai dari lahirnya bayi sampai lahirnya plasenta
4.
Kala
IV
Ialah masa 2 jam setelah plasenta lahir
E.
Mekanisme
Persalinan
Menurut bagian Obsteri dan Ginecologi FK
UNPAD, (1983), mekanisme persalinan antara lain :
1.
Turunnya
kepala
Turunnya kepala terbagi dalam :
a)
Masuknya
kepala dalam pintu atas panggul
Masuknya
kepala ke dalam pintu atas panggul pada primigravida sudah terjadi bulan
terakhir dari kehamilan. Tetapi pada multipara biasanya baru terjadi pada
permulaan persalinan. Masuknya
kepala kedalam PAP dibagi menjadi 2 yaitu :
1)
Synclitismus
Kalau sutura sagitalis terdapat ditengah-tengah kjalan
lahir, ialah tepat diantara symfisis dan promontorium
2)
Asynclitismus
(a)
Asynclitismus
posterior
Ialah kalau sutura sagitalis mendekati symfisis dan os
parietal belakang lebih rendah dari os parietal depan
(b)
Asynclitismus
anterior
Ialah sutura sagitalis mendekati promontorium sehingga os
parietal depan lebih rendah dari os parietal belakang
b)
Majunya kepala
Pada primigravida majunya kepala terjadi setelah kepala amsuk kedalam rongga panggul
dan biasanya baru mulai pada kala II. Pada multipara sebaiknya majunya kepala
dan masuknya kepala dalam rongga panggul terjadi bersamaan
2.
Fleksi
Dengan
majunya kepala biasanya juga fleksi bertambah hingga ubun-ubun kecil jelas
lebih rendah dari ubun-ubun besar. Fleksi ini disebabkan karena anak didorong
maju dan sebaliknya mendapat tahanan dari pinggir pintu atas panggul, cerviks,
dinding panggul atau dasar panggul. Akibat dari kekuatan ini ialah terjadinya
fleksi karena moment yang menimbulkan fleksi lebih besar dari moment yang
menimbulkan defleksi.
3.
Putaran
paksi dalam
Putaran
paksi dalam ialah pemutaran dari bagian depan sedemikian rupa sehingga bagian
terendah dari bagian depan memutar ke depan ke bawah symphisis. Sebab-sebab putaran paksi dalam :
a.
Pada
letak fleksi, bagian belakang kepala merupakan bagian terendah dari kepala.
b.
Bagian
terendah dari kepala ini mencari tahanan yang paling sedikit terdapat sebelah
depan atas dimana terdapat hiatusgenetalis antara musculus levator kiri dan
kanan.
c.
Ukuran
terbesar dari bidang tengah panggul ialah diameter anteroposterior.
4.
Ekstensi
Karena
sumbu jalan lahir pada pintu bawah panggul mengarah kedepan dan atas, sehingga
kepala harus mengadakan extensi untuk melaluinya. Subocciput yang menjadi pusat
pemutaran disebut hypomochlion.
5.
Putaran
paksi luar
Setelah kepala lahir, maka kepala anak memutar kembali ke
arah punggung anak untuk menghilangkan torsi pada leher yang terjadi karena
putaran paksi dalam
6.
Ekspulsi
Setelah
putaran paksi luar, bahu depan sampai dibawah symphisis dan menjadi
hypomochlion untuk kelahiran bahu belakang. Kemudian bahu depan menyusul dan
selanjutnya seluruh badan anak lahir searah dengan paksi jalan lahir.
F.
Faktor
Penting Dalam Persalinan
Menurut Manuaba, (1998)
faktor-faktor penting dalam persalinan antara lain :
1.
Power
a.
His
(kontraksi otot rahim)
b.
Kontraksi
otot dinding perut
c.
Kontraksi
diafragma pelvis atau kekuatan mengejan
d.
Ketegangan
dan kontraksi ligamentum rotundum
2.
Passanger
(janin dan plasenta)
3.
Passage
(jalan lahir lunak dan jalan lahir tulang)
G.
Asuhan
Sayang Ibu
Asuhan sayang ibu adalah
asuhan yang menghargai budaya, kepercayaan dan keinginan sang ibu (JHPIEGO,
2007)
Menurut sumarah, dkk
(2009) yang merupakana asuhan sayang ibu adalah
1.
Pendampingan
keluarga
2.
Libatkan
keluarga
3.
KIE
proses persalinan
4.
Dukungan
psikologi
5.
Membentu
ibu memilih posisi
6.
Cara
meneran
7.
Pemberian
nutrisi
H.
Kebutuhan
Ibu selama Persalinan
Menurut Sumarah, dkk (2009) kebutuhan ibu
selama persalinan antara lain :
1.
Kebutuhan
fisiologis
a.
Oksigen
b.
Makan
dan minum
c.
Istirahat
selama tidak ada his
d.
BAB
dan BAK
e.
Pertolongan
persalinan yang terstandar
2.
Kebutuhan
rasa aman
a.
Memilih
tempat dan penolong persalinan
b.
Informasi
tentang proses persalinan
c.
Posisi
tidur yang dikehendaki ibu
d.
Pendampingan
oleh keluarga
e.
Pemamntauan
selama persalinan
f.
Intervensi
yang diperlukan
3.
Kebutuhan
mencintai dan mencintai
a.
Pendampingan
oleh suami/ keluarga
b.
Kontak
fisik (memberi sentuhan ringan)
c.
Masase
untuk mengurangi rasa sakit
d.
Berbicara
dengan suara yang lembut dan sopan
4.
Kebutuhan
harga diri
a.
Merawat
bayi sendiri dan menetekkan
b.
Asuhan
kebidanan dengan memperhatikan privasi ibu
c.
Pelayanan
yang bersifat simpati dan empati
d.
Informasi
bila akan emlakukan tindakan
e.
Memberikan
pujian pada ibu terhadap tindakan positif yang ibu lakukan
5.
Kebutuhan
aktualisasi diri
a.
Memilih
tempat dan epnolong persalinan yang diinginkan
b.
Memilih
pendamping selama perslinan
c.
Bounding attachment
d.
Ucapan
selamat atas kelahiran bayinya
I.
Persiapan
Persalinan
Menurut Depkes RI,
(2011), persiapan persalinan meliputi antara lain :
1.
Tanyakan
kepada bidan atau dokter tanggal perkiraan persalinan
2.
Siapkan
tabungan untuk biaya persalinna
3.
Suami,
keluarga dan masyarakat menyiapkan kendaraan jika sewaktu-waktu diperlukan
4.
Rencana
melahirkan ditolong oleh bidan atau dokter di fasilitas pelayanan kesehatan
5.
Rencana
ikut KB, tanyakan caranya kepada petugas kesehatan
6.
Siapkan
orang yang bersedia menjadi donoor darah jika aewaktu-waktu diperlukan
J.
58
Langkah Asuhan persalinan Normal
I.
Tanda
Dan Gejala Kala Dua
1.
Mendengar
dan melihat adanya tanda persalinan kala dua
a)
Ibu
mempunyai dorongan kuat untuk meneran
b)
Ibu
merasa adanya tekanan pada anus
c)
Perineum
menonjol
d)
Vulva
dan anus membuka
II.
Menyiapkan
Pertolongan persalinan
2.
Memastikan
kelengkapan peralatan,
bahan dan obat-obatan esennsial untuk menolong persalinan dan menatalaksanakan
komplikasi ibu dan bayi baru lahir.
3.
Memakai
celemek plastic
4.
Memastikan
lengan / tangan tidak memakai perhiasan, mencuci tangan dengan sabun di air
mengalir
5.
Memakai
sarung tangan DTT pada tangan kanan yang di gunakan untuk periksa dalam
6.
Mengambil
alat suntik sekali pakai dengan tangan kanan, isi dengan oksitosin dan letakkan
kembali kedalam wadah partus set. Bila ketuban belum pecah, pinggirkan ½ kocher
pada partus set
III. Memastiakan Pembukaan Lengkap Dam Keadaan
Janin Baik
7.
Membersihkan
vulva dan perineum menggunakan kapas DTT (basah) dengan gerakan dari vulva ke
perineum (bila daerah perineum dansekitarnya kotor karena kotoran ibu yang
keluar, bersihkan daerah tersebut dari kotoran)
8.
Melakukan
pemeriksaan dalam dan pastikan pembukaan sudah lengkap dan selaput ketuban
sudah pecah.
9.
Dekontaminasi
sarung tangan kedalam
larutan klorin 0,5%, membuka sarung tangan dalam keadaan terbalik dan
merendamnya dalam larutan klorin 0,5%
10.
Memeriksa denyut jantung janin setelah
kontraksi uterus selesai pastikan DJJ dalam batas normal (120-160 x/menit)
IV.
Menyiapkan
Ibu Dan Keluarga Untuk Membantu Proses Pimpinan Meneran
11.
Memberi
tahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik, meminta ibu untuk
meneran saat ada his, bila ia sudah merasa ingin meneran
12.
Meminta
bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu untuk meneran, (pada saat ada his,
bantu ibu dalam posisi setelah duduk dan pastikan ia merasa nyaman)
13.
Melakukan
pimpinan meneran saat ibu mempunyai dorongan yang kuat untuk meneran
a.
Memimpin
ibu untuk meneran saat ibu timbul his, menyesuaikan pimpinan meneran dengan
kecepatan lahirnya kepala
b.
Mendukung
usaha ibu untuk meneran
c.
Memberi
ibu kesempatan istirahat disaat tidak ada his (diantara his)
d.
Meminta
bantuan keluarga untuk memberi ibu minum saat istirahat
e.
Memeriksa
DJJ setiap kontraksi uterus selesai
14.
Anjurkan
ibu untuk berjalan, berjongkok, atau mengambil posisi yang nyaman, jika ibu belum
merasa ada dorongan untuk meneran dalam 60 menit
V.
Persiapan
Pertolongan Kelahiran Janin
15.
Letakkan
handuk bersih diperut ibu, jika kepala bayi telah membuka vulab dengan diameter
5-6 cm
16.
Mengambil
kain bersih, melipat 1/3 bagian dan meletakkannya dibawah bokong ibu
17.
Membuka
tutup partus set
18.
Memakai
sarung tangan DTT pada kedua tangan
VI.
Menolong
Kelahiran Bayi
Lahirnya
Kepala
19.
Setelah
tampak kepala dengan diameter 5-6 cm membuka vulva maka lindungi perineum
dengan satu tangan
20. Periksa kemungkinan adanya lilitan tali
pusat
21.
Menunggu
hingga kepala janin selesai melakukan putaran paksi luar secara spontan
Lahirnya Bahu
22. Setelah kepala melakukan putar paksi luar,
pegag secara biparietal, anjurkan ibu untuk meneran saat kontraksi
Lahirnya Badan Dan
Tungkai
23. Setelah kedua bahu lahir, geser tanganbawah
kearah perineum ibu untuk menjaga kepala, lengan, dan siku sebelah bawah
24. Setelah badan dan lengan lahir, lakukan sangga susur
VII.
Penanganan
Bayi Baru Lahir
25. Lakukan penilaian (selintas)
26. Segera mengeringkan bayi, membungkus kepala dan
badan bayi kecuali bagian tali pusat
27. Pastikan janin tunggal
28. Beritahu ibu bahwa penolong akan
menyuntikkan oksitosin
29. Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir
suntikkan oksitosin 10 UI IM
30. Menjepit tali pusat menggunakan klem kira-kira
3 cm dari umbilicus bayi. Melakukan urutan tali pusat ke arah ibu dan memasang
klem diantara kedua 2 cm dari klem pertama.
31.
Memegang
tali pusat diantara 2 klem menggunakan tangan kiri, dengan perlindungan
jari-jari tangan kiri, memotong tali pusat di antara kedua klem. Bila bayi
tidak bernafas spontan lihat penanganan khusus bayi baru lahir
32. Lakukan IMD
33. Selimuti ibu dan bayi dengan kain, pasang
topi di kepala bayi
VIII. Manajemen Aktif Kala III
Lakukan PTT
34.
Pindahkan kllem pada tali pusat 5-10 cm dari vulva
35.
Atur posisi
36.
Setelah
uterus berkontraksi, tegangkan tali pusat ke arah bawah sambil tangan lain
mendorong uterus ke arah belakang atas (dorso kranial)
Plasenta
37.
Apabila
plasenta sudah lepas maka lakukan penarikan secara perlahan
38.
Saat
plasenta muncul di introitus vagina, lahirkan plasenta dengan kedua tangan,
putar searah jarum jam
39.
Lakukan
masase
IX. Memeriksa Kemungkinan Adanya Perdarahan Pasca
Persalinan
40.
Sambil
tangan kiri melakukan masase pada fundus uteri, periksa bagian maternal dan
bagian fetal plasenta dengan tangan kanan untuk memastikan bahwa seluruh
kotelidon dan selaput ketuban sudah lahir lengkap, dan memasukkan ke dalam
kantong plastik yang tersedia
a.
Bila
plasenta tidak lahir lengkap atau tidak ada perdarahan, lakukan tindakan sesuai
prosedur
b.
Bila
kontraksi uterus tidak baik setelah 15 detik melakukan masase, mulai, komperesi
bimanual interna (melihat penanggulangan atonio uteri)
41.
Memeriksa
apakah ada robekan pada introitus vagina dan perenium yang menimbulkan
perdarahan aktif. Bila ada robekan yang menimbulkan perdarahan aktif, segera
lakukan penjahitan
X. Asuhan Pasca Persalinan
42. Periksa kembali kontraksi uterus dan tanda
adanya perdarahan pervaginam, pastikan kontraksi uterus baik
43. Beri cukup waktu untuk melakukan kontak kulit
ibu bayi ( didada ibu paling sedikit 1 jam.
44. Lakukan penimbangan / pengukuran bayi, beri tetes mata antibiotic
profilaksis dan vitamin K1 1 mg intramuscular di paha kiri anterolateral
setelah satu jam kontak kulit ibu bayi.
45. Berikan suntikan imunisasi Hepatitis B
(setelah satu jam pemberian vitamin K1 ) di paha kanan anterolateral.
XI. EVALUASI
46. Lanjutkan pemantauan terhadap kontraksi
uterus, tanda perdarahan pervaginam dan tanda vital ibu:
a.
2-3
kali dalam menit pertama
b.
Setiap
15 menit pada 1 jam pertama Pastikan kontraksi
c.
Setiap
20-30 menit pada jam ke dua uteri Bila kontraksi uterus tidak baik, lakukan
masase uterus dam beri metal ergometrin 0,2 mg IM
47. Mengajarkan ibu/keluarga untuk memeriksa
uterus yang memiliki kontraksi baik dan mengajarkan masase uterus apabila
kontraksi uterus tidak baik.
48. Mengevaluasi jumlah perdarahan yang terjadi
49. Memeriksa nadi ibu dan kandung kencing setiap 15 menit selama
1 jam pertama pasca persalinan dan setiap 30 menit selama jam ke 2 pasca
persalinan
50. Observasi KU bayi
XII. Kebersihan Dan Keamanan
51.
Merendam
semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin 0,5 % dengan posisi terbuka
52. Membuang barang-barang yang terkontaminasi ke
tempat sampah yang di sediakan
53. Membersihkan ibu dari sisa air ketuban, lendir
dan darah dan menggantikan pakaiannya dengan pakaian bersih/kering
54. Memastikan ibu merasa nyaman dan memberitahu
keluarga untuk membantu apabila ibu ingin minum
55. Dekontaminasi tempat persalinan dengan larutan
klorin 0,5%
56. Membersihkan sarung tangan di dalam larutan
klorin melepaskan sarung tangan dalam keadaan terbalik dan merendamnya dalam
larutan klorin 0,5%
57. Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir
58. Melengkapi partograf dan memeriksa tekanan
darah
DAFTAR
PUSTAKA
KepMenKes RI No 369/
MenKes/ SK/ III/ 2007 Tentang Standar Profesi Bidan
Bagian Obstetri dan
Ginecologi FK UNPAD. 1983. Obstetri Fisiologi. Bandung : Elemean
JHPIEGO. 2007. Asuhan
Persalinan Normal. Jakarta: Depkes RI
Manuaba, I Gede. 1998.
Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencanan. Jakarta : EGC.
Sumarah, dkk. 2009.
Perawatan Ibu Bersalin (Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin). Yogyakarta :
Fitramaya
Muslihatun, dkk. 2009.
Dokumentasi Kebidanan. Yogyakarta: Fitramaya
DepKes RI. 2011. Buku
Kesehatan Ibu dan Anak. Depkes RI dan JICA (Japan International Cooperation
Agency)
Alimul, Hidayat. 2008.
Konsep Kebidanan. Jakarta : Mitra Cendekia
No comments:
Post a Comment